Sabtu, 12 November 2011

Serba Serbi Korea...

TRADISI PERNIKAHAN KOREA  [UPACARA PERNIKAHAN]
Upacara pernikahan tradisional pada suatu bangsa merupakan bagian dari
nilai-nilai tradisional dan budaya bangsa tersebut. Begitupun dengan pernikahan
tradisional Korea mencerminkan nilai-nilai budaya yang ada di negara Korea. Dulu
upacara tradisional pernikahan Korea sangatlah rumit tetapi sekarang telah
disederhanakan dan tata caranya telah dipadatkan.
Proses pernikahan tradisional Korea terdiri dari:

1. Eui Hon ( Pernikahan yang telah diatur oleh orang tua )
Para orang tua mengumpulkan informasi tentang calon mempelai pria dan wanita, tentang kedudukan sosial, pendidikan dan asal usul keluarga mereka. Jika informasi yang dikumpulkan telah cukup maka orangtua calon mempelai pria akan menyampaikan lamaran kepada orang tua calon mempelai wanita. Dalam acara lamaran ini hanya orang tua kedua belah pihak yang dapat bertemu dengan calon mempelai pria atau calon mempelai wanita. Kedua calon mempelai baru akan dipertemukan untuk pertama kalinya pada upacara pernikahan mereka.
2. Napcae ( Penentuan tanggal ) 
 
Setelah lamaran diterima, orang tua calon pengantin pria akan mengirim Saju,
yang menyatakan secara terperinci tahun, bulan, tanggal dan jam kelahiran
calon pengantin pria sesuai dengan kalender kepada keluarga caon mempelai
wanita. Saju dibungkus dengan menggunakan cabang-cabang bambu dan
diikat benang merah dan benang biru. Terakhir keseluruhan dari saju
dibungkus dengan Sajubo yaitu kain pembungkus berwarna merah di dalam
dan berwarna biru di bagian luar.

Berdasarkan informasi yang tercantum dalam Saju, seorang peramal
menetapkan tanggal pernikahan yang terbaik. Keluarga calon mempelai wanita
kemudian mengirim Yeongil kepada keluarga calon pengantin pria yang
menyatakan tanggal pernikahan sebagai balasan dari saju.
3. Nappae ( Tukar menukar barang berharga )
Sebelum pernikahan, keluarga pengantin pria akan mengirim hadiah-hadiah
kepada mempelai wanita dan keluarganya dalam sebuah kotak yang
dinamakan Ham. Hamijabi ( orang yang menyampaikan Ham ) disertai oleh
beberapa orang teman dekat dari mempelai pria.
Ham biasanya berisikan 3 macam benda, yaitu Honseo (kertas pernikahan ),
Chaedan yaitu kain tenun berwarna merah dan biru, untuk membuat pakaian.
Kain biru diikat dengan benang merah dan kain merah diikat dengan benang
biru. Kedua warna ini menggambarkan filosofi Eun/Yang ( Yin/Yang ).


Honseo ( kertas pernikahan ) diselubungi dengan kain sutera merah, dalam
surat tercantum nama dari pengirim dan maksud dari pengirimnya yaitu
pernikahan. Honseo ini melambangkan pengabdian isteri kepada suami satusatunya dan sang isteri diharuskan menjaga dokumen ini selamanya dan
mengubur bersama jasadnya bila ia meninggal dunia.
Honseo juga adalah sekumpulan barang-barang berharga lainnya dari orang
tua pengantin pria untuk mempelai wanita.

4. Chinyoung ( Upacara Pernikahan )
Menurut adat, upacara pernikahan dilangsungkan di rumah keluarga mempelai
wanita . Pengantin pria biasanya menunggang kuda atau kuda pony dan para
pembantu atau pelayan berjalan kaki ke rumah mempelai wanita. Para pembantu
seringkali memainkan alat-alat musik untuk menciptakan suasana riang gembira.
Dalam proses pernikahan ini ada beberapa langkah yang dilakukan, yaitu:
            a. Jeonanrye ( Penyerahan angsa liar ).
Selama proses berjalan, Girukabi ( orang yang berjalan paling depan ) memegang
sebuah Kireogi ( angsa liar ) dari kayu. Tiba di rumah mempelai wanita, Girukabi
memberikan Kierogi kepada pengantin pria yang kemudian diberikan kepada ibu
mempelai wanita. Pemberian angsa liar ini melambangkan janji atau ikrar
pengantin pria untuk setia selamanya kepada mempelai wanita. Dulu kala
digunakan angsa liar hidup, tetapi sekarang sudah diganti dengan angsa buatan
dari kayu.
           b. Gyobaerye ( Membungkukkan badan )
Acara ini menandai saat pertama kalinya mempelai wanita dan mempelai pria
saling bertemu satu sama lain. Pada upacara ini mempelai saling membungkukan
badan satu sama yang lainnya. Pertama-tama mempelai wanita membungkuk kan
badan 2 kali, kemudian pengantin pria membunggkuk sekali sebagai balasa. Acara ini
berlangsung 2 kali. Kedua mempelai akan mengakhiri acara ini dengan saling
berhadapan sambil berlutut. Proses membungkukkan badan itu melambangkan ikrar
keterikatan satu sama lain.
            c. Hapgeunrye ( Minum anggur )
Dalam upacara ini anggur disajikan dalam tempat dari buah labu. Tempat ini
merupakan setengah dari buah labu yang telah dikosongkan dan dikeringkan,
melambangkan pria dan wanita. Artinya mempelai wanita dan mempelai pria
tadinya satu, dilahirkan secara terpisah dan kini dipersatukan kembali melalui
pernikahan.


5. Pyebaek ( Membungkuk kepada orang tua mempelai laki-laki ).
Setelah upacara pernikahan pengantin wanita dan pengantin pria duduk berdampingan
dan memberi penghormatan kepada keluarga pengantin pria. Ibu mertua melemparkan
jujube ( sejenis buah-buahan ) pada rok mempelai wanita, mengharapkan pengantin
akan dikaruniai banyak anaK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar